1. Batu Gamping
Batu gamping atau batu kapur adalah
batuan fosfat yang merupakan batuan sedimen karbonat yang terdapat di alam yang
terbentuk akibat proses sedimentasi organis, kimiawi maupun mekanis, dimana
dalam keadaan murni sebagai kristal-kristal kalsit (CaCO3). Perlapisan batu
gamping hampir murni terdiri dari kalsit, dan pada perlapisan yang lain
terdapat sejumlah kandungan silt atau clay yang membantu ketahanan dari batu
gamping tersebut terhadap cuaca. Sedangkan lapisan gelap pada bagian atas
mengandung sejumlah besar fraksi dari silika yang terbentuk dari kerangka
mikrofosil, dimana lapisan pada bagian ini lebih tahan terhadap cuaca. Batu
gamping pada umumnya adalah bukan terbentuk dari batuan sediment seperti yang
kita kira, tidak juga terbentuk dari clay dan sand, terbentuk dari batu-batuan
bahkan juga terbentuk dari kerangka calcite yang berasal dari organisme
microscopic di laut dangkal.
Sebagian
Batu gamping dapat terlarutkan oleh air hujan lebih mudah dibandingkan dengan
batuan yang lainnya. Hal ini dikarenakan, air hujan mengandung sejumlah kecil
dari karbon dioksida selama perjalanannya di udara, dan hal tersebut yang
mengubah air hujan tersebut menjadi bersifat asam. Dan Kalsit adalah sangat
reaktif terhadap asam. Jadi hal tersebut yang bisa menjelaskan mengapa goa-goa
bawah tanah cenderung untuk terbentuk pada daerah yang banyak mengandung batu
gamping, dan juga bisa menjelaskan mengapa bangunan bangunan yang terbuat dari
bahan batu gamping rentan terhadap air hujan yang mengandung asam. Jika kita lihat
pada daerah daerah tropis , batu gamping terbentuk menjadi batuan yang kuat
membentuk sejumlah pegunungan-pegunungan batu gamping yang indah. Dibawah
pengaruh pressure yang tinggi, batu gamping termatomorfosakan menjadi batuan
metamorf marble. Pada kondisi tertentu, kalsit yang terdapat di dalam
batugamping teralterasi menjadi dolomite, berubah menjadi batuan dolomite.
Bahan tambang ini biasanya digunakan sebagai bahan baku terutama dalam
pembuatan semen abu/portland (biasa digunakan sebagai perekat untuk
memplester), industri keramik, obat-obatan, dll. Kita dapat mengetahui penyusun
batu gamping, sebagaimana menurut Tucker (1991), komponen penyusun batu gamping
dapat dibedakan berdasar atas non skeletal grain, skeletal grain, matrix dan
semen.
1. Non Skeletal grain,
terdiri dari :
a. Ooid dan
Pisoid : Ooid adalah butiran karbonat
yang berbentuk bulat atau elips yang memiliki satu atau lebih struktur laminasi
yang konsentris dan mengelilingi inti. Inti penyusun biasanya partikel karbonat
atau butiran kuarsa (Tucker, 1991). Ooid memiliki ukuran butir <> 2 mm
maka disebut pisoid.
b. Peloid: Peloid adalah butiran karbonat yang berbentuk
bulat, elipsoid atau merincing yang disusun oleh mikrit dan tanpa struktur
internal dan juga memiliki ukuran peloid antara 0,1 – 0,5 mm. Kebanyakan peloid
ini berasala dari kotoran (faecal origin) sehingga disebut pellet (Tucker
1991).
c. Agregat dan
Intraklas: Agregat merupakan kumpulan
dari beberapa macam butiran karbonat yang tersemenkan bersama-sama oleh semen
mikrokristalin atau tergabung akibat material organik. Sedangkan intraklas
adalah fragmen dari sedimen yang sudah terlitifikasi atau setengah
terlitifikasi yang terjadi akibat pelepasan air lumpur pada daerah pasang surut
atau tidal flat (Tucker,1991).
2. Skeletal Grain
Skeletal grain
adalah butiran cangkang penyusun
Batuan karbonat yang terdiri dari
seluruh mikrofosil, butiran fosil, maupun pecahan dari fosil-fosil makro.
Cangkang ini merupakan allochem yang paling umum dijumpai dalam batugamping
(Boggs, 1987). Komponen cangkang pada batu gamping juga merupakan penunjuk pada
distribusi invertebrata penghasil karbonat sepanjang waktu geologi (Tucker,
1991).
3. Lumpur Karbonat atau Mikrit
Mikrit
merupakan matriks yang biasanya memiliki cirri berwarna gelap. Pada batu
gamping hadir sebagai butir yang sangat halus. Mikrit memiliki ukuran butir
kurang dari 4 mikrometer. Pada studi mikroskop elektron menunjukkan bahwa
mikrit tidak homogen dan menunjukkan adanya ukuran kasar sampai halus dengan
batas antara kristal yang berbentuk planar, melengkung, bergerigi ataupun tidak
teratur. Mikrit dapat mengalami alterasi dan dapat tergantikan oleh mozaik
mikrospar yang kasar (Tucker, 1991).
4. Semen
Semen
terdiri dari material halus yang menjadi pengikat antar butiran dan mengisi
rongga pori yang diendapkan setelah fragmen dan matriks. Semen dapat berupa
kalsit, silika, oksida besi ataupun sulfat.
Dalamduniakarbonat, adabeberapa
mineral pentingdanumumdidapatidalambatuankarbonat,
ataudalambahasalainnyabatugamping.Mineral inisangatpentinguntukdipelajarikalauAndasekalianinginmendalamiduniakarbonat.Atausetidaknyaakanberhadapandengankarbonat
di lapanganbaikdalamstudikuliahlapanganataupunpemetaangeologi.
1. Aragonite (CaCO3)
Kristal Orthorombik, mineral karbonat
yang paling labil, berbentukjarumatauserabut,
umumnyadiendapkansecarakimiawilangsungdaripresipitasi air laut.
2. Kalsit (CaCO3)
Kristal Hexagonal, mineral
batuankarbonat yang lebihstabil, biasanyamerupakanhablurkristal yang
bagusdanjelas. Dijumpaisebagaihasildarirekristalisasi Aragonite, sertasebagai
semen pengisiruangantarbutirdanrekahan.Sangatumumdijumpaidalambatugamping.
3. Dolomit (CaMg (CO3)2)
Mineral inimiripbangetsama mineral
kalsit, namunsecarapetrografismemilikiindeksrefraksi yang berbeda. Mineral
inibisaterjadilangsungkarenapresipitasi air laut, tepilebihseringnyakarena
replacement mineral kalsit.
4. Magnesit (MgCO3)
Kristal Hexagonal,
dapatterjadiakibatpergantian mineral kalsitdandolomit,
namunseringterjadiakibatdarirombakanbatuan yang memilikikandunganmagnesiunsilikat.
Terdapat mineral-mineral karbonatlainnya yang
sengajatidakdijelaskankarenakurangmemilikiartipenting, yaitu: Siderit, Ankerit,
Rodokrosit, dansebagainya.
2. Batu Gipsum
Gipsum tersusun
atas mineral gipsum (CaSO4.H2O). Sama seperti dengan Saltstone, batuan ini
terbentuk karena kandungan uap air yang ada menguap. Tekstur dari batuan ini
juga berupa kristalin.
3. Dolostone
Dolostone adalah batuan sedimen karbon
yang banyak mengandung mineral dolomit. Dolostone juga disebut sebagai batu
kapur magnesian.
Kebanyakan
dari dolostone terbentuk dari magnesium pengganti batu kapur atau lumpur kapur
sebelum litifikasi. Batu ini tahan terhadap erosi, dan sulit untuk larut dalam
air yang sedikit asam.
4. Batu Garam (Saltstone)
Saltstone terdiri dari mineral halite (NaCl) yang terbentuk karena adanya penguapan yang biasanya terjadi pada air laut. Tekstur dari batuan ini berbentuk kristalin.
Batu tersebut adalah batu garam atau yang sering dikenal
sebagai rock salt dan termasuk ke dalam batuan sediment. Batu
garam ini terbentuk dari kumpulan mineral yang sering disebut halite.
Mineral halite mempunyai rumus kimia NaCl. Akan tetapi batu garam bisa juga
mengandung pengotor-pengotor dan umumnya yang berasosiasi dengan batu garam tersebut
adalah anhydrite (CaSO4), gypsum (CaSO4.2H2O), dan juga sylvite
(KCl).
Terbentuknya batu garam ini umumnya akibat dari penguapan
air yang mengandung garam seperti air laut yang banyak mengandung ion-ion Na+
(Sodium) dan Cl- (Cloride). Batu garam ini umumnya terbentuk di
daerah danau yang mengering akibat penguapan, teluk-teluk yang relative
tertutup, daerah estuarine yang ada di daerah arid, daerah-daerah di dekat laut
seperti lagoon dan lain-lain.
Pada jaman dulu dalam skala waktu geologi, sejumlah air yang
sangat besar seperti misalnya Laut Mediterania atau laut yang mampu memasuki
cekungan Michigan di Era Paleozoic (600-230 juta tahun yang lalu) menguap dan
menghasilkan sedimen batu garam yang sangat tebal dan luas.
Beberapa teori menjelaskan terbentuknya batu garam yang ada
di cekungan Michigan. Salah satunya adalah siklus garam dimana banyak
dipengaruhi oleh proses penguapan dan pengendapan garam akibat hilangnya
sejumlah air laut yang tidak dapat menahan ion-ion garam yang ada dalam larutan
seperti yang dijelaskan sebagai berikut:
- Pada jaman Kambrium dan Ordovician (600-500 juta tahun yang lalu) cekungan Michigan mulai terbentuk. Pada jaman Silur (425 juta tahun yang lalu), batu gamping (limestone) mulai diendapkan di cekungan Michigan. Dengan bertambah besarnya kecepatan penurunan cekungan di Michigan pada jaman ini, sejumlah terumbu karang (coral reef) terbentuk dan terumbu-terumbu tersebut menjadi semacam penghalang (barrier) sehingga membatasi aliran air laut.
- Dengan dibantu oleh kondisi iklim daerha tersebut yang arid, maka sinar matahari dan temperatur yang cukup panas menyebabkan air yang ada di cekungan Michigan menguap .
- Karena semakin banyaknya air yang menguap, maka air yang tersisa tidak dapat menahan garam yang ada di larutan sehingga garam-garam tersebut mulai diendapkan dan jatuh ke dasar laut.
- Oleh karena air laut yang mampu masuk ke cekungan Michigan semakin banyak maka siklus di atas terulang kembali dan terjadi lagi seterusnya sehingga garam yang diendapkan semakin tebal.
Inilah kenapa Michigan menjadi salah satu negara bagian yang
menghasilkan dijumpai batu garam dan menjadi salah satu penghasil garam terbesar
di Amerika. Proses pembentukan garam yang terjadi sekarang juga bisa dijumpai
di beberapa tempat di dunia seperti di Laut Mati (Dead Sea) di Jordan dan
Israel.
Nah kalo kita sudah mulai mengerti bagaimana batu garam
terbentuk sekarang bagaimana kubah garam terbentuk? Apakah ada hubungannya
dengan batu garam yang terbentuk? Sebenarnya proses terbentuknya adalah sama
akan tetapi karena bentuknya yang seperti kubah (dome) maka sering disebut
kubah garam (salt dome) seperti yang banyak dijumpai di Teluk Meksiko dan Timur
Tengah. Dan untungnya lagi banyak minyak bumi dan gas yang ditemukan di dekat
salt dome tersebut. Nah bagaimana batu garam tersebut berubah bentuknya menjadi
kubah dan tidak berlapis seperti layaknya batu sedimen?
Kubah garam (salt dome) terbentuk karena lapisan garam yang
sangat tebal yang terbentuk dari mineral halite, menerobos batuan yang ada di
atasnya sehingga membentuk seperti kubah. Dalam skala waktu geologi (jutaan
tahun yang lalu), batu garam yang terbentuk akan tertutupi oleh sedimen di
atasnya dan terkubur dalam bumi. Oleh karena berat jenis garam yang relatif
lebih kecil (2.16 gr/cc) dibandingkan material di sekelilingnya termasuk
sedimen di atasnya (biasanya lebih besar dari 2.4 gr/cc) maka mineral garam
tersebut mempunyai kecenderungan untuk menerobos batuan di atasnya. Contoh dari
kubah garam ini adalah Avery Island di Lousiana dan Pegunungan Zagros. Pada
saat mineral-mineral garam tersebut mencoba menerobos batuan di atasnya,
batuan-batuan di atasnya akan sedikit terlipat dan akan membentuk jebakan
dimana minyak bumi dan gas akan berakumulasi. Bahkan tidak jarang pula mineral
garam tersebut mampu menerobos sampai ke permukaan atau menerobos lantai
samudera jika mineral garam tersebut ditemukan di lautan (offshore).
Pada saat bagian atas dari garam tersebut kontak dengan air
laut maka garam tersebut mulai melarut dan kadang-kadang meninggalkan bentuk
depresi atau runtuhan di sekelilingnya dan kadang pula rekahan tersebut
menyebar dari pusat. Rekahan tersebut kemudian berkembang menjadi patahan dan
akhirnya patahan tersebut bisa menjadi jalan untuk fluid berpindah dari satu
tempat ke tempat yang lain. Fenomena seperti ini banyak dijumpai di Teluk
Meksiko dan Timur Tengah dimana pembentukan salt dome ini sangat menguntungkan
untuk minyak bumi dan gas dapat berakumulasi.
Marmer
Marmer atau batu pualam merupakan
batuan hasil proses metamorfosa atau malihan dari batu gamping. Pengaruh suhu
dan tekanan yang dihasilkan oleh gaya endogen menyebabkan terjadi
rekristalisasi pada batuan tersebut membentuk berbagai foliasi mapun non foliasi.
Akibat rekristalisasi struktur asal batuan membentuk tekstur baru dan
keteraturan butir. Marmer Indonesia diperkirakan berumur sekitar 30–60 juta
tahun atau berumur Kuarter hingga Tersier.
Marmer
akan selalu berasosiasi keberadaanya dengan batugamping. Setiap ada batu marmer
akan selalu ada batugamping, walaupun tidak setiap ada batugamping akan ada
marmer. Karena keberadaan marmer berhubungan dengan proses gaya endogen yang
mempengaruhinya baik berupa tekan maupun perubahan temperatur yang tinggi. Di Indonesia
penyebaran marmer tersebut cukup banyak, seperti dapat dilihat pada. Penggunaan
marmer atau batu pualam tersebut biasa dikategorikan kepada dua penampilan
yaitu tipe ordinario dan tipe staturio. Tipe ordinario biasanya digunakan untuk
pembuatan tempat mandi, meja-meja, dinding dan sebagainya, sedangka tipe
staturio sering dipakai untuk seni pahat dan patung. Ditemukan di gunung
Jokotuwo, Bayat, Klaten.
Serpentinit
Serpentinit, batuan yang terdiri atas satu
atau lebih mineral serpentine dimana mineral ini dibentuk oleh proses
serpentinisasi (serpentinization). Serpentinisasi adalah proses proses
metamorfosis temperatur rendah yang menyertakan tekanan dan air, sedikit silica
mafic dan batuan ultramafic teroksidasi dan ter-hidrolize dengan air menjadi
serpentinit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar